Rabu, 29 Agustus 2007

Konsumsi Masih Menjadi Pendorong Ekonomi


Untuk saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong oleh konsumsi belum sepenuhnya dari kinerja ekspor dan investasi seperti yang diharapkan agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai target 6,8 persen. Besarnya peranan konsumsi tidak lepas membaiknya daya beli dan kesejahteraan masyarakat dari beberapa elemen masyarakat karena masih ada kelompok masyarakat yang tingkat kesejahteraanya belum memadai dan ini menjadi tantangan yang harus dipecahkan
Target pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8 persen dalam RAPBN 2008, ternyata masih didorong oleh konsumsi . Meski demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yakin kinerja ekspor dan investasi ikut menopang ekonomi.
Sangat disayangkan pemerintah daerah banyak menyimpan dananya berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) karena seharusnya dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan investasi bagi derah masing-masing. Banyaknya dana daerah yang terbengkalai disebabkan karena pemerintah daerah belum mampu mengoptimalkan dalam pengelolaan dana tersebut, hal ini sangat disayangkan sekali padahal Indonesia sangat membutuhkan investasi besar-besaran baik itu infrastruktur maupun untuk kepentingan produksi di tiap-tiap daerah(sektor rill). Adanya dana yang disimpan di SBI membuat sektor rill kekurangan modal dalam melakukan usaha, bertolak belakang sekali dengan yang dikatakan oleh menkeu yang mengatakan bahwa tingginya konsumsi masyarakat tidak selayaknya di interpretasikan negative.”justru kuatnya konsumsi masyarakat menunjukkan pulihnya daya beli dan membaiknya kesejahteraan masyarakat. Ini yang akan menopang bangkitanya seluruh sektor riil.”kata Sri mulyani di depan Rapat Paripurna Jawaban Pemerintah terhadap Pemandagan Umum DPR tentang Nota Keuangan RAPBN 2008.
Tingginya tingkat konsumsi di Indonesia memang memacu pertumbuhan ekonomi namun itu hanyalah untuk jangka pendek saja karena apabila terjadi goncangan ekonomi dan inflasi besar-besaran keadaan perekonomian bisa saja kembali ambruk sewaktu-waktu. Dana APBD yang disimpan di perbankan kini mencapi Rp 90 triliun, sekitar Rp 50 triliun diantaranya disimpan di BPD di SBI. Kondisi ini sangat ironis karena kebutuhan dana pembangunan infrastruktur dan sektor rill sangat besar. Perekonomian layaknya ditumpu oleh konsumsi, investasi, penegluaran/belanja Negara, dan selisih ekspor dan impor {Y=C+I+G+(X-M)}agar berjalan seimbang bukan seperti saat ini yang lebih bertumpu pada komsumsi saja dan mengabaikan sektor lainnya. Lebih mengherankan lagi entah kenapa Pemerintah lebih mengandalkan investasi dari luar daripada investasi dari dalam negeri sendiri.


Tidak ada komentar: