Sabtu, 24 November 2007

Sudahkah Kita Belajar? (bag 2)

Apabila membaca judul diatas mungkin terkesan aneh, karena seakan-akan kita disuruh oleh ibu kita saat masih kecil. Ya itulah kenyataannya sekarang bangsa Indonesia belum dewasa sepenuhnya. Masih perlu dibimbing layaknya anak kecl yang masih ingin bermain hingga lelah.

Indonesia harusnya mencontoh negara yang mamapu berswadaya sendiri untuk meningkatkan peekonoianya sebut saja Malaysia yang sudah disebutkan pada artikel sebelumnya lalu ada china dengan paham komunis-liberalnya, Agentina-yang mampu melunasi hutang IMF dan pemerintah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya hampir 50 persen. Negara tersebut tidak terlalu banyak berharap dari bantuan luar negeri terutama bantuan dari IMF yang terbukti tidak bisa mengurangi krisis di beberapa Negara ysng pernah dibantunya.

OK sekrang mari beralih ke China, China merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia setelah Amerika serikat. Peroknomia China sangat ditakuti oleh Negara-negara eropa dan amerika serikat khusunya karena China memiliki sumberdaya yang melimpah sehingga dapat menekan biaya pada akhirnya dapat menjual barang dengan harga sangat murah dibandingkan harga barang pada umumnya. Keperkasaan ekonomi China sudah tampak pada periode tahun 1990, dengan ditandai dengan membanjirnya produk-produk Negara tersebut di hampir Negara di dunia. China dengan tenaga ahli dan sumberdaya yang sangat melimpah dan murah mampu menguasai hampir pangsa pasar dunia dan hamper apa saja di produksi oleh China, hal ini terkait dengan kebijakan Negara tersebut memberlakukan system ekonomi liberal/kapitalis yang dipasangkan dengan ideology politik komunis. China banyak memiliki SDM berkualitas ditunjang perhatian pemerintah China sendiri yang rajin mengirimkan siswa-siswanya untuk belajar ke negara-negara maju pada awal-awal kemerdekaan mereka dan diharapakan kembali sehingga dapat mentranfer ilmu yang didapat. Dibandingkan dengan Indonesia yang memeiliki paham Pancasila- yang kini dianggap paham yang tidak memiliki arah tidak jelas bagi sebagian kalangan- seharusnya sejak Indonesia merdeka kita dapat mengejar ketertinggalan kita namun apa yang bisa dharapkan.

Perekonmian Indonesia belakangan ini lebih ditentukan oleh politik ketimbang para ahli, memang secara teori sangat mungkin terjadi. Politik di Indoneisa sejak pecahnya kriris tahun 1998 menjadi tidak menentu sehingga membuat carut marut perekonomia Indoneisa hingga membawa dampak ke krisis multidimensi hingga sekarang. Kemakmuran ekonomi di Indonesia hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan yang mempunyai”dompet “ tebal dan lebih mengarah ke kapitalisme sehingga sudah tidak sesuai dengan dicita-citakan oleh pancasila. Dengan adanya fakta seperti sekarang apakah masih layak Indonesia menggunakian paham pancasila sebagai dasar negara.

Apabila dilihat dari sumberdaya Indonesia terutama sumberdaya alam sejak penulis duduk di bangku SMP selalu dikatakan bahwa Indonesia memiliki Sumberdaya alam yang melimpah namun tidak memiliki sumberdaya manusia untuk mengolahnya dan oleh karena itu banyak sekali sumberdaya alam Indonesia dikelola oleh negara lain. Betapa ironisnya negara ini yang dulunya sebagai exporter minyak sekarang berubah menjadi importer minyak. Minyak yang digali di Indonesia hanyalah berupa minyak mentah lalu dikirim ke luar negeri untuk diolah dan akhirnya dijual kembali ke Indonesia dalam bentuk BBM yang kita pakai sekarang ini. Apabila kita ingin meningkatkan perekonomian kita sudah selayaknya Indonesia harus bias meningkatkan mutu pendidikan warga negaranya agar tidak selalu bergantung dengan negara lain.

Negara-negara maju dan kaya umumnya focus sekali untuk mengembangkan sumberdaya manusianya karena sumberdaya manusialah yang sebenarnya yang memotori jalan perekonomian suatu negara. Ekonomi bukan hanya sekedar jual-beli / sewa-menyewa saja tapi juga menyangkut orang / pelaku ekonomi juga sehingga SDM yang berkualitas sangat menentukan jalannya perkonomian suatu negara.