Jumat, 30 November 2007

Sudahkah Kita Belajar? (bag 3)


Indonesia mempunyai beberapa perguruan tinggi sebut saja beberapa UI, UGM, UNAIR UNDIP,UNHAS, dan beberapa perguran tinggi negeri dan swasta yang lain yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu. Apabila diamati sudah berapa lamakah perguruan tinggi tersebut berdiri dan sudah berapa banyakah output-ouput yang tercipta? Namun dapatkah mereka menyumbang sesuatu untuk kemashalatan negeri ini? Jawabanya mungkin sudah namun belum maksimal. Bukti belum optimalnya peran para ahli yang notabene merupakan sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan Indonesia pada masa-masa sekarang ini adalah Indonesia belum mampu untuk keluar dari belitan utang luar negeri, masih bergantung dari pembiayaan luar negri, Indonesia merupakan pengimpor beras padahal tanah Indonesia masih luas namun tidak produktif untuk pertanian,dll. Para ahli di Indonesia seakan hanya jalan ditempat atau bahkan hanya diam ditempat tidak bergerak sama sekali, mereka hanaya bangga dengan title tanpa mau mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat.
Pendidikan di Indonesia merupakan masalah ekonomi juga kenapa bisa seperti itu? lihat saja orang kuliah sampai mendapatkan gelar sarjana namun mereka tidak siap kerja meeka hanya dibekali teori yang akhirnya menjadi penganagguran dan sekali lagi menambah beban perekonomia negara. Damapak akan hal ini adanya stigma bahwa orang tidak perlu sekolah sampa lulusi bangku kuliah cukup dengan lulus SMA saja atau kuliah hanya untuk mendapat geelar saja, alangkah memprihatinkan negara ini. Kemanakah Indonesia kan dibawa apabila SDMnya saja seperti ini padahal ekonomi suatu negara juga sanagat bergantung pada SDM yang dimiliki seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Terlepas dari masalah pendidikan yang merupakan komponen mikro penunjang perekonomian namun sangat penting (bahkan di buku-buku teks hampir tidak pernah disebutkan) orang yang berkuasa di negeri lebih banyak mementingkan kepentingan politik daripada kepentingan yang lain yang lebih penting sebut saja lagi ekonomi. Pemerintah belum mampu menyusun kebijakan ekonomi makro secara baik karena masih adanya politik dibalik ekonomi. Hampir semua pihak berkepentingan terhadap negara ini baik itu dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Indonesia merupakan negara besar dengan SDA yang berlimpah namun masih mengimpor minyak untuk kegiatan dalam negernya sangat ironis sekali, BUMN yang seharusnya menjadi penguasa kemashalahatan masyarakat di jual untuk menutupi anggaran dana negara yang terlalu banyak di korupsi oleh pejabat “tengik”.
Pembangunan ekonomi negara seharusnya tidak sepenuhnya bertumpu pada pemerintah, rakyat juga harus berperan serta dalam membangun salah satunya dengan pajak. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar dan komposisi pajak yang terbesar adalah dari cukai rokok. Jadi jangan heran kalau sekarang sedang diogalakkan pembayaran pajak karena hanya inilah satu-satunya penerimaan terbesar negara ini dan kalao ada orang berpendapat bahwa orang miskin karena pajak itu adalah salah besar!!! Pajak di pungut sesuai kemampuan, sesuai dengan penghasilan namun memang ada beberapa pajak yang tidak bisa ditawar lagi seperi pajak barang mewah. Pajak sendiri bertujuan untuk memasukkan sebanyak-banayaknya uang ke kas negara( kalau tidak dikorupsi) yang secara tidak langsung akan dikembalikan kepada masyarakat dengan pembangunan baik itu secara nya seperti infarstruktur maupun yang tidak tampak seperti pelatihan-pelatihan.
Pada akhirnya pembangunan ini menjadi kewajiban seluruh warga negara Indonesia, terkadang kita terlalu banyak menuntut hak tetapi lupa kewajiban yang harus kita penuhi karena semain besar kita menuntut akan hak semakin besar pula kewajiban yang harus ditanggung.(tamat)

1 komentar:

Didik Wicaksono mengatakan...

Sebenarnya setiap universitas memiliki hanya memiliki peran untuk meluluskan saja. Tidak membentuk mahasiswanya sesuai dengan tuntutan pembangunan.

Pembentukan tokoh2 masyarakat itu ditentukan oleh pergaulan mereka, pengaruh, dan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap mereka.

Jadi, saya rasa, peran universitas tidak sepenting yang anda sampaikan.