Selasa, 11 Desember 2007

Efek Pemanasan Global pada Perekonomian Dunia


Laporan setebal 700 halaman yang ditulis oleh ekonom Bank Dunia Sir Nicholas Stem yang mengatakan bahwa ratusan juta orang akan menderita kelaparan, kekurangan air bersih, banjir, musim kering yanglama akibat kacaunya perubahan iklim sebagai efek dari pemansan global.


Biaya yang ditimbulkan dari adanya pemanasan global ini adalah 1% dari GDP perekonomia dunia. Apabila kita tidak bertindak untuk mencegahnya ada kemungkinan biaya tersebut akan meningkat dari 5% sampai 20% dan ini merupakan angka yang cukup signifikan. Ditambahkan lagi apabila efek pemanasan global berlanjut maka akan menurunkan perkonomian dunia sebesar 20%. Efek pemanasan global akan banyak sekali dirasakan oleh negara-negara kepulauan dan yang memiliki garis pantai terdekat dengan laut seperti Indonesia, India, dan Bangladesh


Dari laporan tersebut dikatakan apabila suhu dunia naik 3 derajat celcius maka akan mengakibatkan naiknya permukaan laut dan menyebabkan sekitar 200 juta orang akan kehilangan tempat tinggalnya dan apabila suhu naik 2 derajat celcius maka sekitar 15% sampai dengan 40% spesies hewan dimuka bumi akan mengalami kepunahan.


Perdana menteri Inggris Gordon Brown seperti dilansir oleh BBC memulai kampanye untuk menangkal perbuhan iklim dunia ini bersama dengan mantan wakil presiden Amerika Serikat AL Gore yang bertindak sebagai penasihat. Kamapnye ini dilakukn sebagai tindak lanjut dari perjanjian Kyoto yang ditanda tangani oleh negara maju dan penghasil gas emisi karbon terbesar di dunia terkecuali Amerika Serikat yang masih khawatir apabila perjanjian ini ditandatangani akan mempengaruhi industri mereka. Perdana menteri Bron mengatakan bahwa inggris akan memimpin kampanye ini untuk itu dia mencanangkan:

  • Pengurangan gas emisi karbon di daratan eropa sampai 20% pada than 2020 dan 60% pada tahun 2050

  • Pada tahun 2010 5% kendaraan di Inggris akan menggunakan biofuel

  • Menjalin kerjasama mengenai kehutanan dengan brasil, papua nugini, dan kostarika unutk program forestry sustainable.

  • Bekerjasama dengan China mengenai tekhnologi batubara


Kekhawatiran juga muncul dari beberapa perusahaan asuransi di negara-negara eropa yang ksrena bertambahnya biaya yang harus mereka keluarkan akibat terjadi pemansan global bahkan dapat mencapai 150 miliyar dolar, lima kalinya GDP Nigeria. Masalah bukan hanya sselesei sampai disini saja perusahaan-perusahaan minyak besar seperti Exxon mobil, Shell dll terancam existensinya selama mereka masih belum dapat beralih dalam memprodusi bahan baker yang ramah lingkungan.


Jumat, 30 November 2007

Sudahkah Kita Belajar? (bag 3)


Indonesia mempunyai beberapa perguruan tinggi sebut saja beberapa UI, UGM, UNAIR UNDIP,UNHAS, dan beberapa perguran tinggi negeri dan swasta yang lain yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu. Apabila diamati sudah berapa lamakah perguruan tinggi tersebut berdiri dan sudah berapa banyakah output-ouput yang tercipta? Namun dapatkah mereka menyumbang sesuatu untuk kemashalatan negeri ini? Jawabanya mungkin sudah namun belum maksimal. Bukti belum optimalnya peran para ahli yang notabene merupakan sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan Indonesia pada masa-masa sekarang ini adalah Indonesia belum mampu untuk keluar dari belitan utang luar negeri, masih bergantung dari pembiayaan luar negri, Indonesia merupakan pengimpor beras padahal tanah Indonesia masih luas namun tidak produktif untuk pertanian,dll. Para ahli di Indonesia seakan hanya jalan ditempat atau bahkan hanya diam ditempat tidak bergerak sama sekali, mereka hanaya bangga dengan title tanpa mau mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat.
Pendidikan di Indonesia merupakan masalah ekonomi juga kenapa bisa seperti itu? lihat saja orang kuliah sampai mendapatkan gelar sarjana namun mereka tidak siap kerja meeka hanya dibekali teori yang akhirnya menjadi penganagguran dan sekali lagi menambah beban perekonomia negara. Damapak akan hal ini adanya stigma bahwa orang tidak perlu sekolah sampa lulusi bangku kuliah cukup dengan lulus SMA saja atau kuliah hanya untuk mendapat geelar saja, alangkah memprihatinkan negara ini. Kemanakah Indonesia kan dibawa apabila SDMnya saja seperti ini padahal ekonomi suatu negara juga sanagat bergantung pada SDM yang dimiliki seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Terlepas dari masalah pendidikan yang merupakan komponen mikro penunjang perekonomian namun sangat penting (bahkan di buku-buku teks hampir tidak pernah disebutkan) orang yang berkuasa di negeri lebih banyak mementingkan kepentingan politik daripada kepentingan yang lain yang lebih penting sebut saja lagi ekonomi. Pemerintah belum mampu menyusun kebijakan ekonomi makro secara baik karena masih adanya politik dibalik ekonomi. Hampir semua pihak berkepentingan terhadap negara ini baik itu dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Indonesia merupakan negara besar dengan SDA yang berlimpah namun masih mengimpor minyak untuk kegiatan dalam negernya sangat ironis sekali, BUMN yang seharusnya menjadi penguasa kemashalahatan masyarakat di jual untuk menutupi anggaran dana negara yang terlalu banyak di korupsi oleh pejabat “tengik”.
Pembangunan ekonomi negara seharusnya tidak sepenuhnya bertumpu pada pemerintah, rakyat juga harus berperan serta dalam membangun salah satunya dengan pajak. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar dan komposisi pajak yang terbesar adalah dari cukai rokok. Jadi jangan heran kalau sekarang sedang diogalakkan pembayaran pajak karena hanya inilah satu-satunya penerimaan terbesar negara ini dan kalao ada orang berpendapat bahwa orang miskin karena pajak itu adalah salah besar!!! Pajak di pungut sesuai kemampuan, sesuai dengan penghasilan namun memang ada beberapa pajak yang tidak bisa ditawar lagi seperi pajak barang mewah. Pajak sendiri bertujuan untuk memasukkan sebanyak-banayaknya uang ke kas negara( kalau tidak dikorupsi) yang secara tidak langsung akan dikembalikan kepada masyarakat dengan pembangunan baik itu secara nya seperti infarstruktur maupun yang tidak tampak seperti pelatihan-pelatihan.
Pada akhirnya pembangunan ini menjadi kewajiban seluruh warga negara Indonesia, terkadang kita terlalu banyak menuntut hak tetapi lupa kewajiban yang harus kita penuhi karena semain besar kita menuntut akan hak semakin besar pula kewajiban yang harus ditanggung.(tamat)

Sabtu, 24 November 2007

Sudahkah Kita Belajar? (bag 2)

Apabila membaca judul diatas mungkin terkesan aneh, karena seakan-akan kita disuruh oleh ibu kita saat masih kecil. Ya itulah kenyataannya sekarang bangsa Indonesia belum dewasa sepenuhnya. Masih perlu dibimbing layaknya anak kecl yang masih ingin bermain hingga lelah.

Indonesia harusnya mencontoh negara yang mamapu berswadaya sendiri untuk meningkatkan peekonoianya sebut saja Malaysia yang sudah disebutkan pada artikel sebelumnya lalu ada china dengan paham komunis-liberalnya, Agentina-yang mampu melunasi hutang IMF dan pemerintah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya hampir 50 persen. Negara tersebut tidak terlalu banyak berharap dari bantuan luar negeri terutama bantuan dari IMF yang terbukti tidak bisa mengurangi krisis di beberapa Negara ysng pernah dibantunya.

OK sekrang mari beralih ke China, China merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia setelah Amerika serikat. Peroknomia China sangat ditakuti oleh Negara-negara eropa dan amerika serikat khusunya karena China memiliki sumberdaya yang melimpah sehingga dapat menekan biaya pada akhirnya dapat menjual barang dengan harga sangat murah dibandingkan harga barang pada umumnya. Keperkasaan ekonomi China sudah tampak pada periode tahun 1990, dengan ditandai dengan membanjirnya produk-produk Negara tersebut di hampir Negara di dunia. China dengan tenaga ahli dan sumberdaya yang sangat melimpah dan murah mampu menguasai hampir pangsa pasar dunia dan hamper apa saja di produksi oleh China, hal ini terkait dengan kebijakan Negara tersebut memberlakukan system ekonomi liberal/kapitalis yang dipasangkan dengan ideology politik komunis. China banyak memiliki SDM berkualitas ditunjang perhatian pemerintah China sendiri yang rajin mengirimkan siswa-siswanya untuk belajar ke negara-negara maju pada awal-awal kemerdekaan mereka dan diharapakan kembali sehingga dapat mentranfer ilmu yang didapat. Dibandingkan dengan Indonesia yang memeiliki paham Pancasila- yang kini dianggap paham yang tidak memiliki arah tidak jelas bagi sebagian kalangan- seharusnya sejak Indonesia merdeka kita dapat mengejar ketertinggalan kita namun apa yang bisa dharapkan.

Perekonmian Indonesia belakangan ini lebih ditentukan oleh politik ketimbang para ahli, memang secara teori sangat mungkin terjadi. Politik di Indoneisa sejak pecahnya kriris tahun 1998 menjadi tidak menentu sehingga membuat carut marut perekonomia Indoneisa hingga membawa dampak ke krisis multidimensi hingga sekarang. Kemakmuran ekonomi di Indonesia hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan yang mempunyai”dompet “ tebal dan lebih mengarah ke kapitalisme sehingga sudah tidak sesuai dengan dicita-citakan oleh pancasila. Dengan adanya fakta seperti sekarang apakah masih layak Indonesia menggunakian paham pancasila sebagai dasar negara.

Apabila dilihat dari sumberdaya Indonesia terutama sumberdaya alam sejak penulis duduk di bangku SMP selalu dikatakan bahwa Indonesia memiliki Sumberdaya alam yang melimpah namun tidak memiliki sumberdaya manusia untuk mengolahnya dan oleh karena itu banyak sekali sumberdaya alam Indonesia dikelola oleh negara lain. Betapa ironisnya negara ini yang dulunya sebagai exporter minyak sekarang berubah menjadi importer minyak. Minyak yang digali di Indonesia hanyalah berupa minyak mentah lalu dikirim ke luar negeri untuk diolah dan akhirnya dijual kembali ke Indonesia dalam bentuk BBM yang kita pakai sekarang ini. Apabila kita ingin meningkatkan perekonomian kita sudah selayaknya Indonesia harus bias meningkatkan mutu pendidikan warga negaranya agar tidak selalu bergantung dengan negara lain.

Negara-negara maju dan kaya umumnya focus sekali untuk mengembangkan sumberdaya manusianya karena sumberdaya manusialah yang sebenarnya yang memotori jalan perekonomian suatu negara. Ekonomi bukan hanya sekedar jual-beli / sewa-menyewa saja tapi juga menyangkut orang / pelaku ekonomi juga sehingga SDM yang berkualitas sangat menentukan jalannya perkonomian suatu negara.

Rabu, 07 November 2007

Sudahkah Kita Belajar?(bag 1)

Malaysia merupakan tetangga terdekat Indonesia, pada tahun 1997-1998 badai krisis ekonomi menerpa hampir seluruh Asia tidak terkecuali Indonesia dan malaysia. Malaysia pada waktu itu mendapatkan krisis yang serupa dengan Indonesia, mereka dengan cepat bangkit. Berkebalikan dengan Indonesia yang efek krisis masih sangat kita rasakan seperti sekarang ini. Apa kunci sukses Malaysia sehingga dapat bertahan dari krisis tersebut yang di Indonesia menciptakan krisis multi-demensi yang berkepanjangan disertai perebutan puncak kekuasaan oleh sebagian kelompok yang mengatasnamankan demokrasi.

Apabila kita lihat sejarah, Malaysia baru merdeka pada tahun 1957 dua belas tahun setelah Indonesia merdeka. Pada tahun 60an dan 70 an Malaysia mengimpor tenaga-tenaga kerja profesipnal dari Indonesia dan terutama guru-guru Indonesia didatangkan ke Malaysia untuk menopang pendidikan dan membantu pembangunan di Malaysia yang kekurangan waktu itu. Kini Malaysia sudah lebih maju daripada Indonesia,.Indonesia pada tahun 1990 disebut-sebut sebagai macan Asia karena pertumbuhan perekonomiannya yang menggagumkan namun dibalik itu pondasi ekonomi yang kita buat sangatlah rapuh terbukti dari badai krisis yang menerpa tahun1997-1998. Berbeda dengan Malaysia yang mampu mengokohkan pondasi makroekonomi sehingga mereka dapat cepat pulih dari badai krisis. Kini pelaku ekonomi ekonomi dan bisnis Malaysia sudah memulai ekspansi ekonominya keluar dengan melakukan investasi dan perluasan bisnis ambil contoh air asia yang maskapainya sudah ada di Indonesia.

Indonesia sendiri memiliki potensi untuk meyalip Malaysia lagi namun ada beberapa hal yang perlu dibenahi yaitu mengenai regulasi di dalam negeri sendiri dan pungutan-pungutan liar yang sering terjadi dan sering dikeluhkan oleh dunia usaha. Selama ini pemerintah lebih banyak mengurusi regulasi tentang politik sehingga melupakan rakyatnya yang membutuhkan sesuap nasi untuk mengganjal perut, kemanakah hati nurani para pejabat Negara ini?

Sekarang mari kita lihat dari segi mikroekonomi. Apabila ditilik dari sumberdaya manusia kita memilki lebih dari cukup untuk memacu perkonomian kita, kenapa bias? Baik kembali ke tahun krisi menerpa Indonesia, saat itu sector industri Indonesia satu persatu gulung tikar tapi lihat apa yang terjadi dengan ukm-ukm yang selama ini dianaktirikann oleh pemerintah mereka dapat berthan bahkan menjadi perekonomia Indonesia sampai sekarang ini. Kesulitan yang dihadapi UKM selalu mendapat kesulitan dalam hal permodalam karena bank-bank di Indonesia lebih senang memberikan kredit kepada perusahaa besar yang memiliki kredibilitas dan dianggap lebih mengntungkan dalam hal financial, sekali lagi UKM di dipandang sebelah mata. UKM di Indonesia teralu banyak dan bank-bank di Indonesia tidak dapat mengawasi perputran uang yang dipakai dan tidak dapat mengontrolnya serta resiko kerugian yang amat besar bila disbandingkan dengan memberikan kredit kepada perusahaan besar.

Selasa, 09 Oktober 2007

What Are The 3 Principles Involved In Managing Your Energy Costs?

If there was a way to reduce your energy costs would you be interested? The following article describes some measure that you can take, assuming you have the time and inclination, to seriously reduce your energy bills, without reducing the service you receive.

When examining practical ways to reduce your costs, to ensure that they do not impact on your bottom line, there are 3 key factors to consider;

Procurement - Make sure you buy energy at the lowest possible price and avoid unnecessary costs

Management – Put in place the systems and resources to monitor and manage energy on an ongoing basis

Energy Conservation – Identify and implement energy conservation measures that can yield reliable savings with limited management time

On many occasions when an energy supplier knows who you are, they can use this prior knowledge to create an artificially high quote. It can be extremely useful to have an external company go tender on your behalf to preserve your anonymity.

How to reduce your bills

With escalating fuel costs, the only companies sure to benefit are the energy companies, who seem to increase their margin.

1. Look through the last 12 months of bills or get an ESB Cost-Consumption report (if ESB is your supplier). Charges vary depending on what tariff you are on, but the Maximum Demand tariffs are the most prone to unnecessary charges.

2. If you are incurring Wattless charges, then see if you have power factor correction capacitors at site: these devices are often installed at sites to eliminate wattless charges, but may need tuning. Talk to whoever is responsible for electrical maintenance to resolve.

3. See if you are incurring any Excess Capacity Charges. If you are, then you may be consuming more power at peak times than your connection agreement with the ESB allows. This generally occurs at sites that have increased their electricity use over the years. Talk to your electricity supplier to resolve.

4. Do you have a connection agreement that allows you to consume more power than you are ever likely to need? This won’t be in the form of a penalty charge, but may result in your Capacity Charges being excessively high. To check, find your Maximum Import Capacity on your bill (expressed in kVA) and multiply it by 0.95. 5. Compare this number with your Maximum Demand (expressed in kW). The Maximum Demand should be a little lower, but not much lower. If in doubt, talk to your electricity supplier.

6. Check is if you are on the correct tariff: the most common thing here is if you are on a General Purpose (GP) tariff, when it would be more economical to be on a General Purpose Nightsaver tariff. There are slightly higher standing charges associated with the GP Nightsaver tariff, but these are offset by savings on power consumed at night. If you consume more than 10% of your electricity at night (e.g. lots of outside lighting, or considerable server room power), then maybe you should be on a GP Nightsaver tariff. If in doubt about your tariff, then talk to your electricity supplier.

7. Every year you should be seeking prices for electricity. Airtricity generally focus on smaller, General Purpose users (butcher, baker, candlestick maker). The other suppliers – Energia, Bord Gais, ESB Independent Energy, and CHPower - compete with ESB Public Electricity Supply for larger sites, generally on one of the Maximum Demand tariffs. It is important to make sure you are on the correct tariff before you procure electricity – you may think you are getting a great deal off your supplier, but they may be simply capitalising on the fact that you are on the incorrect tariff!

When it comes to gas, there is less you can do other than check you are on the correct tariff. Find out what you use per annum (in kWh). Then go to the Bord Gais website and find out which tariff you should be on, depending on which usage category you fall into. Although you are entitled to procure gas competitively, unless you are a very large gas user you are unlikely to find anyone other than Bord Gais that will supply you. If you are not sure if you are a “large” gas user, then chances are that you aren’t!

How to manage and conserve your energy usage

There are many ways of monitoring and managing your energy. This is a specialist area and at Cost Control we have partnered with PowerTherm Solutions Ltd. They are experts at auditing your current usage and in implementing systems to save you massive amounts on future energy requirements.

Together with a suitable cost control company and energy management specialist, you can seriously reduce your energy bills, so that you can focus on growing your bottom line in your own areas of expertise.

If you would like to find out whether or not your company would be in a position to dramatically reduce its energy’s cost and expenses, why not contact us for a no obligation meeting.

All of the above can be quickly established by Cost Control & Management Services’ energy expert. Why not give us a call today.

About the team at Cost Control.
Cost Control Management Systems, are a team of experts, with over 200 successful cost reduction projects between them. The team, are quickly able to spot if there is money saving potential, in any of the cost categories , that your company may feel they are overspending on. Either fill in our web form at www.costcontrol.ie or call us now on.

Cost Control Management Systems, are a team of experts, with over 200 successful cost reduction projects between them. The team, are quickly able to spot if there is money saving potential, in any of the cost categories , that your company may feel they are overspending on. Either fill in our web form at http://www.costcontrol.ie or call us now on.